top of page
1.Header
2.Home

this is

akasadina

SLIDE TO FOLLOW MY JOURNEY!

3.Blog

ULTIMATE GUIDE FOR HIDDEN GEMS IN YOGYAKARTA : PAKUALAMAN

Updated: Dec 7, 2018



Pintu gerbang (regol) Danawara

Pura Pakualaman memang tidak sepopuler kawasan wisata Keraton Yogyakarta. Lokasi Keraton yang berdekatan dengan ikon wisata Tugu dan jalan Malioboro membuatnya lebih ramai dikunjungi wisatawan. Namun, bukan berarti kawasan Pakualaman kalah menarik. Sebagai pusat pemerintahan kadipaten Pakualaman yang berkuasa dari tahun 1813 hingga 1950, kawasan Pura Pakualaman sama kaya sejarahnya dengan kawasan Keraton Yogyakarta.


Istana Pakualaman terletak di Jalan Sultan Agung dalam satu kompleks seluas 5,4 hektar. Istana Pura Pakualaman dibangun menghadap ke selatan sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan terhadap keraton Kasultanan Yogyakarta yang lebih tua. Relasi kadipaten Pakualaman dengan berbagai pihak tercermin dalam bangunan-bangunan di istana Pura Pakualaman yang merupakan perpaduan arsitektur Jawa dengan arsitektur Eropa dan Timur Tengah.



08.00 Pura Pakualaman


Pura Pakualaman buka setiap hari, dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 17.00 WIB. Tidak ada pungutan biaya untuk masuk ke dalam komplek Pakualaman. Anda hanya perlu membayar untuk parkir di alun-alun Sewandana. Sebelum memasuki komplek Pura Pakualaman, anda akan disambut oleh gerbang Danawara yang dikelilingi tembok tebal seperti latar istana dalam film-film kolosal . Gerbang ini dihiasi aksara Jawa berbunyi "Wiworo Kusumo Winayang Reko". Artinya keselamatan, keadilan, dan kebebasan.


Setelah memasuki gerbang, anda akan langsung disambut oleh bangsal Utama Sewatama. Fungsi Bangsal ini adalah sebagai tempat menyambut tamu sekaligus tempat penyimpanan perangkat gamelan. Waktu terbaik untuk mengunjungi bangsal ini adalah hari Senin dan Kamis dari pukul 5 sore hingga 7 malam, berbarengan dengan jadwal latihan tari tradisional Pakualaman yang boleh ditonton oleh umum . Bangsal Sewatama juga mengadakan pagelaran gamelan setiap Sabtu Pahing dari pukul 21.30 hingga tengah malam


Bangsal Sewatama sedang dirawat oleh abdi dalem yang setiap hari bergantian tugas bersih-bersih


Dari Bangsal Sewatama, berjalan sedikit ke arah timur, anda akan menjumpai Gedhong Purwaretna. Bangunan ini dibangun pada masa Paku Alam VII dengan dibantu oleh Paku Buwana X selaku mertuanya. Di Gedhong Purwaretno inilah Paku Buwono X tinggal apabila sedang berkunjung ke Kadipaten Pakualaman. Gedhong Purwaretna dihiasi ukir-ukiran kayu tembus pandang (krawangan) dengan ornamen lengkung yang sangat dipengaruhi oleh arsitektur Islam dari daerah Timur Tengah. Keberadaan bangunan berarsitektur gado-gado ini mencerminkan keterbukaan kadipaten Pakualaman terhadap dunia luar pada awal abad 20. Walaupun sangat indah, anda hanya diperbolehkan mengambil gambar bangunan cantik ini dari balik pagar pembatas.


Dalam kompleks pura Pakualaman juga terdapat Perpustakaan yang memiliki kurang lebih 250 buku & naskah kuno. Sebagian besar naskah-naskah kuno ini ditulis sekitar tahun 1813 hingga 1900-an dalam aksara Jawa. perpustakaan Pakualaman dibuka untuk umum dari pukul 09.00 pagi hingga pukul 13.00 siang. namun karena naskah-naskah yang tersimpan di dalamnya sudah cukup 'berumur', maka pengguna buku-buku tersebut dibatasi.


Gedung Purwaretna


11.00 Rujak Es Krim


Setelah lelah berpanas-panasan, mampirlah ke lapak rujak es krim yang bertebaran di alun-alun Sewadanan. Ada yang manggon di warung, ada pula yang masih setia mangkal dengan sepeda kayuhnya. Rujak es krim berisi serutan nanas, mentimun, mangga, kedondong dan jambu air segar. Lalu diguyur ulekan gula merah dan kacang tanah plus satu dua cabai rawit untuk meng-counter manisnya topping es krim yang ditambahkan belakangan. Banyak pengunjung yang mampir ke sini untuk bernostalgia dengan rasa rujak es krim yang katanya ngangeni . Sehingga tidak heran jika beberapa pedagang rujak es krim masih bertahan hingga memasuki generasi kedua atau ketiga dengan resep otentik yang diwariskan turun temurun.


rujak es krim. semangkuk obat kangen untuk sejuta umat


12.00 Ayam Goreng Bu Tini


Masih lapar dan ingin makan berat? Pilihan saya jatuh pada ayam goreng Bu Tini, Keluar sedikit dari kompleks Pakualaman menuju ke timur. Rumah makan ini beroperasi mulai pukul 10.00 - 21.00. Ayam goreng bu Tini dibacem dengan air kelapa sebelum digoreng. Sehingga menghasilkan cita rasa yang gurih dan legit. Jangan lupa minta tambah pete goreng dan ampela untuk teman makan siang bersama sambal terasi dan lalapannya.


15.00 Warung Jamu Ginggang



Masih dalam kompleks Pura Pakualaman, ada sebuah warung jamu legendaris yang telah berusia hampir 100 tahun. Warung Jamu Ginggang yang masih bertahan hingga sekarang bermula dari Mbah Joyo, seorang abdi dalem Sri Pakualam VI yang bertugas meracik jamu untuk pengobatan. Lalu, atas seijin Paku Alam VII, pada tahun 1930 ramuan tersebut boleh dijajakan untuk masyarakat luas. Warung ini lalu dinamai 'Ginggang' yang berasal dari frase 'Tansah Renggang'. Nama ini diambil dengan harapan supaya hubungan keluarga keraton Pakualaman dengan warga sekitar senantiasa rukun dan dekat tanpa adanya jarak.


Jamu Ginggang menawarkan pilihan jamu yang cukup variatif. Mulai dari jamu untuk konsumsi sehari-hari, jamu untuk pengobatan, jamu untuk datang bulan dan melahirkan hingga jamu penambah stamina. Jamu diracik sepenuhnya dengan tangan karena bantuan mesin blender dipercaya dapat mengurangi kualitas dan khasiat ramuan jamu. Anda dapat berkonsultasi lebih dulu untuk mendapatkan racikan sesuai khasiat yang ingin dituju dalam segelas jamu kualitas artisan.

Jamu Ginggang dapat dinikmati di tempat atau dibawa pulang dalam kemasan botol yang bisa bertahan 3 hari dalam lemari es. Sore itu, saya mencicipi segelas es beras kencur keras. Walau disajikan dengan es, tambahan sedikit anggur memberikan sensasi hangat yang lebih menyegarkan ketimbang beras kencur pada umumnya.




21.00 Gudeg Permata





Sebagai pemilik lidah Melayu, saya tidak terlalu doyan dengan gudeg Yogyakarta yang terkenal manis. Sehingga, gudeg Permata yang gurih pedas menjadi pilihan saya ketika mengajak teman luar Jogja untuk bersantap gudeg. Gudeg Permata menyandang namanya dari lokasi mangkalnya yang menumpang Bioskop Permata. Sempat mencicipi masa jaya di tahun 1980 hingga 1990-an, popularitas bioskop Permata tergerus dengan cepat oleh terjangan televisi dan bioskop modern. Hingga akhirnya, bioskop ini pensiun untuk selamanya di tahun 2010.


Gudeg Permata yang ramah lidah Melayu

Gudeg Permata sendiri sudah buka di lokasi yang sama sejak 1951.Saat ini resep gudeg Permata telah diwariskan ke generasi kedua. Begitu buka pukul 21.00, bakul gudeg ini langsung ramai pengunjung bahkan hingga jam tutup di dini hari. Setelah mengintip pilihan lauk yang tersedia dalam baskom, Anda akan diberi nomor antrian yang dicetak pada kepingan kaset bekas. Tunggulah sekitar 10 hingga 30 menit sambil lesehan ditemani kerupuk dan teh hangat untuk menyicipi sepiring gudeg hangat. Satu porsinya dilengkapi potongan ayam yang lembut, lalu disiram areh gurih dan krecek pedas. Tak lupa cabe rawit rebus untuk menyela areh yang kaya dan kental.



Dari pagi menjelang pagi kembali, ada saja kepingan sejarah yang terpotong dan terselip dalam lekukan Pakualaman. Mewujud dalam arsitektur, dan cita rasa.

Jadi, kapan mau main ke sini?

댓글


  • Instagram - White Circle
  • Facebook - White Circle

ABOUT ME

ABOUT
DINA IRAWAN

a wanderlust who rarely make plans and happier that way

  • Instagram - White Circle
  • Facebook - White Circle

find me on instagram!

4.Travel

MORE FROM AKASADINA

  • Instagram - Grey Circle
  • Facebook - Grey Circle
5.Featured
7.Contact
bottom of page